Meskipun ada
inovator-inovator yang mampu untuk mengadakan inovasi dengan motif-motif yang
kuat, tetapi kalau
halangan-halangan yang dihadapi itu lebih kuat sudah
tentu akan terhambat juga.
Berdasarkan motif-motif yang muncul dalam melakukan
inovasi di bidang produksi guna meningkatkan produktifitas ekonomi, terdapat
beberapa halangan, yang dapat digolongkan dalam 3 yaitu:
1. faktor-faktor
ekonomis;
2. faktor sosial budaya;
dan
3. adanya tekanan dari
beberapa orang yang
Ternyata, inovasi tidak dapat dilepaskan/dipisahkan
dari keadaan masyarakat sekitarnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa cara-cara untuk
mengurangi halangan-halangan tersebut termasuk suatu perbutan inovasi. Halangan
yang lain misalnya ialah bahwa pada suatu waktu telah diperkenalkan adanya
suatu bibit padi yang lebih baik, yang lebih banyak memberikan hasil. Tetapi
petani segan untuk menggunakan bibit tersebut, meskipun hasilnya jelas lebih
banyak. Ini disebabkan karena rasa beras baru ini tidak seenak beras yang
biasanya.
Contoh lain, di suatu desa di India orang menolak
kotoran kandang untuk dipakai sebagai pupuk dan lebih baik untuk plester rumah.
Masih banyak contoh lain yang menunjukkan inovasi yang dapat menaikkan hasil
akan menghadapi halangan-halangan sebab memperkenalkannya dibutuhkan pelepasan
beberapa kebiasaan, tradisi dan bentuk-bentuk sikap masyarakat.
Seperti telah kita ketahui bahwa ekonomi adalah
hanya sebagian dari keadaan dalam suatu negara, dan perkembangan ekonomi
membutuhkan perbaikan-perbaikan/perubahan-perubahan dari faktor-faktor produksi
yang saling berhubungan. Jadi mengenalkan suatu teknik produksi baru atau
barang baru akan sia-sia apabila tidak disertai dengan perubahan faktor lain
yang erat hubungannya. Mengusulkan penggunaan bibit baru atau pupuk-pupuk untuk
menaikkan hasil, membutuhkan proyek-proyek untuk mendemontrasikan, dan juga
untuk mendidik petani-petani dalam menggunakan bibit baru dan pupuk tersebut.
Di Indonesia misalnya, survey tanah telah dijalankan
dengan baik dan meluas bahwa produksi tanaman padi dapat dinaikkan melalui
penggunaan pupuk nitrogen dan phosphate. Penerapannya tidak hanya menggunakan
pekerja lapangan (field worker) untuk mendemonstrasikan pentingnya
rabuk-rabuk itu, melainkan juga organisasi, sistem distribusi yang akan membagi
rabuk dengan harga pemerintah pada waktu tanam di desa-desa, dan juga memberi
kredit petani untuk pembelian rabuk-rabuk.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan supaya
inovasi berhasil di negara-negara sedang berkembang, adalah:
1. Terlebih dahulu
mendapatkan pengertian yang mendalam tentang sistem kebudayaan di mana
perubahan-perubahan akan terjadi dan kemungkinan-kemungkinan atau
konsekuensi-konsekuensinya, baik secara fisik maupun sosial dari inovasi yang
diharapkan itu. Ini membantu tidak saja dalam memberi saran mengenai penerapan
teknik yang baru dengan tepat, tetapi juga merupakan penuntun supaya akibat-akibat
yang tidak diharapkan tidak akan terjadi. Sebab bila yang memberi penjelasan
itu tahu seluk-beluk dari masyarakat di situ, mereka akan lebihlekas dan mudah
percaya akan inovasi tersebut sehingga halangan-halangan akan berkurang.
Sebagai contoh, Departemen Pertanian Republik Indonesia PPL (Penyuluh Pertanian
Lapangan) dalam penyebaran teknologi baru di lingkungan petani.
2. Perlu bahwa
perkenalan inovasi itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bukan kebutuhan
orang di luar masyarakat yang bersangkutan.
3. Teknik yang baru
hendaknya cocok dengan prinsip-prinsip kemasyarakatan yang ada. Misalnya
gotong-royong pembangunan masyarakat desa, membangun badan-badan yang telah
dikenal oleh penduduk setempat.
4. Penyesuaian dengan
keadaan di situ harus dengan perlahan-lahan atau secara gradual.
5. Adalah perlu untuk
memelihara/melindungi saluran-saluran untuk kemajuan dan kepuasan dalam
harapan-harapan. Misalnya di situ ada kepala desa atau pemimpin agama yang
berpengaruh, biarkan ia nanti juga membantu dalam meyakinkan penerapan teknik
baru, sehingga rakyat akan taat.
Biasanya inovator itu berasal dari orang-orang yang
rendah tingkatannya. Di Jepang, orang-orang tidak dapat naik tingkatannya
karena adat yang berlaku. Sebaliknya orang-orang yang sudah tinggi
tingkatannya, biasanya sudah puas dengan apa yang telah mereka peroleh,
sehingga dorongan untuk memperbaiki hidupnya tidak ada. Karena Schumpeter
mengatakan bahwa sebenarnya “Inovasi selalu bersama-sama dengan timbulnya
kehendak untuk naik tingkat dari orang-orang yang baru tersebut.”
Mungkin orang-orang baru itu mempunyai kemampuan dan
harapan untuk inovasi tetapi tidak mempunyai kapital, sehingga sumber-sumber
kapital yang ada dapat mendorong timbulnya wiraswasta. Selain itu tersedianya
inovator dapat ditingkatkan melalui bentuk-bentuk organisasi yang dipakai dalam
perusahaan-perusahaan di sampig pemerintah membantu menaikkan skill guna
diserahi tugas-tugas pimpinan.
Organisasi yang disentralisir di mana putusan-putusan
sudah dibuat oleh pimpinan atas, maka akan tidak banyak memberi kesempatan bagi
bawahannya untuk mendapatkan pengalaman dalam pengambilan keputusan. Di zaman
kolonial Belanda, hanya sedikit saja orang-orang Indonesia yang diperbolekan
untuk menduduki pangkat yang tinggi, tambahan lagi mereka ini dipimpin dan
diperintah saja oleh Belanda.
Pemerintah dapat memegang peranan langsung maupun
tidak langsung dalam meajukan wiraswasta. Land reform misalnya, merupakan
dorongan bagi petani untuk bekerja lebih efesien, sebab dengan tanah yang kecil
yang dimilikinya petani akan menggunakan tanahtersebut sebaik-baiknya.
Perubahan teknologi dan penggunaan inovasi yang menambah output adalah erat
hubungannya dengan kenaikan produktifitas dan proses perkembangan di
negara-negara yang sedang berkembang.
Menurut sejarah, inovasi itusegera timbul setelah
adanya invensi yang menyebabkan naiknyja tingkat produksi dan tingkat hidup.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, kemajuan teknologi ini terhalang
oleh karena relatif terbatasnya wiraswasta.
Sebaliknya, tumbuhnya wiraswasta
telah tertunda atau lambat karena halangan-halangan yang berasal dari
keadaan-keadaan dengan tiadanya insentif-insentif yang cukup untuk menutup
halangan-halangan itu. Dalam hal ini atau dalam banyak hal, peranan pemerintah
dalam mendorong inovasi penting, artinya bahwa pemerintah harus memberikan
dorongan yang kuat dan secara luas.