Kajian tentang teknologi dan fungsi wiraswasta
didasarkan pada rasional, bahwa di dalam proses produksi terjadi suatu proses
yang berlangsung secara sinergis aktif komponen modal, tenaga kerja, sumber
daya manusia dan teknologi.
Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya kajian
tentang pentingnya teknologi dan wiraswasta dalam proses produksi.
Schumpeter (dalam Sukirno, 2000) mengatakan bahwa
perkembangan yang lambat dan terus menerus dalam tersedianya alat-alat produksi
dan tabungan merupakan faktor yang penting di dalam menguraikan sejarah
perekonomian. Tetapi sebenarnya pertumbuhan perekonomian itu terutama terdiri
dari pengerjaan sumber-sumber alam yang ada dengan cara berbeda-beda.
Jadi teknologi yang pengaruhnya terlihat melalui
perubahan-perubahan fungsi produksi, dapat dianggap sebagai faktor produksi
yang lain. Ini menyebabkan perlunya mengadakan investasi dimana penerapannnya
tergantung pada kegiatan ekonomi yang ada. Mesin uang misalnya, telah diketahui
lamanya sebelum digunakan dalam kapal uang maupun kereta api. Jelas ada dua
perbuatan yang nampak disini yaitu: menemukan dan menerapkannya. Meskipun
keduanya ini dapat dilakukan oleh seorang saja tapi tindakannya tetap berbeda.
Kedua konsep tersebut bisa dimaknai dengan teknologi
dan penerapannya oleh wiraswasta. Kedua hal tersebut adalah unsur yang
membedakan antara negara-negara yang sudah maju dengan negara-negara yang
relatif kurang maju.
Dalam negara yang relatif telah maju perbedaan atau
jarak antara kemungkinan-kemungkinan teknologi dan praktek-praktek kaum
pengusaha jauh lebih sedikit daripada di negara-negara yang kurang maju. Jadi
perbedaan antara investasi dengan inovasi di negara-negara sedang berkembang
lebih banyak daripada di negara yang telah berkembang. Misalnya tingkat teknik
di negara maju telah mampu membuat atom dan ternyata mereka di negara tersebut
sudah mempraktekkannya.
Sedangkan kalau di negara sedang berkembang celah
ini masih lebar, yaitu meskipun tingkat teknologi sudah tinggi, tetapi
mempraktekkannya/melaksanakannya sebagai faktor produksi belum mampu. Negara
Indonesia termasuk dalam kelompok negara yang mempunyai hutang paling banyak di
dunia. Jadi pembangunan ekonomi di negara-negara yang relatif kurang maju
maupun yang telah maju akan lebih banyak tergantung pada penerapan teknologi
ataupun pengetahuan yang ada.
1. Teknologi
Teknologi berarti suatu perubahan dalam fungsi
produksi yang nampak dalam teknik produksi yang ada. Dalam kenyatannya, di
negara-negara yang telah maju banyak terdapat pabrik-pabrik yang belum
menggunakan teknik yang ada secara ekonomis maksimum karena mungkin adanya
faktor-faktor produksi yang relatif langka, pasaran yang tidak luas,
perkembangan yang kurang sempurna serta halangan-halangan kebuadayaan dan
sebagainya. Karena itu sebaiknya selalu diusahakan perubahan-perubahan teknik
supaya ada penggunaan yang maksimum dari faktor-faktor tersebut.
Adapun perubahan-perubahan teknik untuk pertumbuhan
ekonomi yaitu setiap perubahan dalam metode produksi yang telah digunakan dalam
industri atau usaha-usaha lain; karenanya adalah sampai menitikberatkan pada
perbuatan dalam merubah metode produksi jadi bukan hanya pada peranan invensi
yang mungkin dapat dan mungkin juga tak dapat diterapkan dalam situasi produksi
tertentu.
Perubahan teknologi (technological change)
adalah perubahan dalam fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu yang mana
dapat menambah hasil dengan input tertentu. Perubahan teknologi ini menyebabkan
tambahan produksi dengan sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang
sama tetapi dengan input yang lebih sedikit atau mungkin pula berupa
barang-barang yang baru yang punya kegunaan yang lebih banyak. Jadi bukan dalam
jumlah barang yang lebih banyak untuk barang-barang yang sama.
Perubahan teknologi semacam ini dalam arti luas
termasuk berbagai variasi dalam macam barang kapital, kualitas buruh atau
organisasi dari faktor-faktor produksi tadi. Misalnya seorang petani mungkin
menggunakan benih-benih yang lebih baik atau mengganti bajak dengan traktor,
seperti halnya contoh dalam gambar 4.10 di atas; Dalam perubahan organisasi
misalnya dengan mengemukakan cara spesialisasi yang baru atau cara pengawasan
yang lebih baik.
Penyebaran ilmu pengetahuan/teknologi sekarang ini
lebih mudah daripada pada masa yang lalu. Dahulu setiap tukang punya rahasia
sendiri dalam cara bekerja yang mana hanya diberitahukan kepada kawan-kawan
terdekat saja. Juga misalnya Inggris dalam abad 18 melarang ekspor mesin-mesin
dengan tujuan untuk memonopoli teknologinya. Pada masa sekarang
larangan-larangan semacam itu tidak banyak ditemui.
Penguasa atau pemilik pabrik-pabrik mesin akan
dengan segala senang hati menjual mesin-mesinnya yang baru atau yang modern ke
negara-negara yang membutuhkan dan bahkan mau juga menyediakan tenaga ahlinya
sekaligus. Kegiatan-kegiatan yang bersifat komersial ini juga telah dibantu
oleh PBB dalam memberikan bantuan-bantuan teknik. Di bidang agraria, demontrasi-demontrasi
telah diadakan secara luas dengan maksud untuk menyebarkan teknologi yang lebi
baik.
Tetapi pada waktu yang sama kesulitan perhubungan
masih tetap ada. Kekurangan tenaga ahli di negara sedang berkembang membatasi
penyebaran teknologi. Di samping itu juga ada kesulitan bahasa dalam
menjelaskan teknik yang baru itu ataupun juga tidak punya devisa untuk membeli
buku-buku pengetahuan yang paling baru dan sebagainya. Negara-negara sedang
berkembang pada umumnya lebih mudah meniru tingkat teknologi yang lebih tinggi
dari negara-negara yang telah maju. Namun demikian peranan riset itu perlu
sekali untuk sedapat mungkin memperbaiki dan menyesuaikan teknologi itu dengan
keadaan di negara yang bersangkutan.
Mengenai saat terjadinya invensi adalah berhubungan
erat dengan keadaan ekonomi, keadaan kebudayaan serta hubungan erat dengan
keadaan ekonomi, keadaan kebudayaan serta adat istiadat yang terdapat dalam
masyarakat. Sebagaimana Meier mengatakan bahwa terjadinya invensi-invensi yang
besar pada Revolusi Industri, dapat dijelaskan dengan baik yakni adanya
kebutuhan-kebutuhan yang secara ekonomi menyebabkan adanya invensi-invensi dan
di samping itu karena keadaan masyarakat waktu itu menguntungkan buat adanya
perkembangan.
Dorongan ekonomis untuk mengadakan invensi dapat
digolongkan sebagai harapan/ keinginan untuk: mengambil bagian dalam pasar-pasar
yang makin luas, memecahkan persoalan-persoalan produksi yang praktis dengan
cara-cara baru dan mengambil keuntungan dari perubahan-perubahan dalam faktor
harga. Semua itu dapat berhasil bila baik pemerintah maupun industri dapat
mensistematisir penelitian untuk hasil-hasil produksi dan proses invensinya.
Akumulasi ilmu pengetahuan yang ada mengembangkan
kombinasi dan hubungan antar faktor-faktor yang baru. Testing dan penerapan
teknologi baru dapat dilakukan oleh universitas-universitas ataupun oleh
badan-badan lain. Di negara-negara barat lainnya, kegiatan ini berpusat di
departemen-departemen yang besar bersama dengan penelitian-penelitian militer
yang besar yang juga diawas maupun dikoordinir lewat badan-badan pemerintah.
Sejak tahun 1976 Indonesia mempunyai Manteri Riset dan Teknologi.
2. Wiraswasta
Apabila perkembangan ekonomi merupakan hasil
penerapan teknologi, maka haruslah ada seseorang atau segolongan orang yang
berbuat untuk menerapkan kombinasi-kombinasi baru sumber-sumber produksi untuk
kegiatan-kegiatan produktif. Dengan perkataan lain, haruslah ada orang yang
membuat keputusan untuk mengganti cara-cara yang lama dengan yang baru.
Perbuatan ini menunjukkan suatu inovasi yang disebut entrepeneurial function
(sebagai fungsi wiraswasta).
Dalam arti luas fungsi wiraswasta dapat diartikan
dalam keadaan, jadi dapat dalam keadaan masyarakat kapitalis, sosial atau
pembangunan ekonomi pada umumnya. Dalam arti sempit sifat dari fungsi itu
terbatas pada inovasi, misalnya mengkombinasikan faktor-faktor produksi baru.
Apabila teknologi ini buat kepentingan pembangunan ekonomi, sudah tentu
tindakan komplementer lainnya harus diperhatikan, seperti menyediakan kapital
dan koordinasi dari faktor-faktor produksi.
Fungsi-fungsi ini dapat dilakukan oleh inovator,
tetapi tidak harus. Misalnya dengan diperkenalkannya pedoman teknik assembling
mobil dan sepatu mungkin merupakan hal yang penting bagi industrialisasi di Indonesia.
Inovasi dalam tatalaksana personil juga diperlukan untuk menanggapi penggunaan
teknik teresebut yaitu dengan mengemukakannya perlunya suatu disiplin tertentu.
Juga inovasi dalam perencanaan produksi untuk penggunaan alternatif dari tenaga
kerja dan kapital, seandainya impor barang-barang setengah jadi tersebut
terganggu.
Hasil yang komulatif dalam perekonomian dari inovasi
yang kecil-kecil ini akan menaikkan produktivitas dan bersama-sama dengan
penyebarannya menghadapi masalah ketidaksempurnaan pasar yang mana tidak dapat
dilupakan dalam menilai/ menimbang fungsi wiraswasta tersebut.
Fungsi wiraswasta adalah mengadakan
tindakan-tindakan yang menghasilkan kombinasi-kombinasi baru dari faktor-faktor
produksi dalam proses yang produktif. Sebenarnya ada beberapa macam tipe
wiraswasta berdasarkan atas tindakannya antara lain sebagai berikut:
1. Innovating
entrepeneur. Biasanya orang-orang ini bersifat agresif dalam percobaan-percobaannya
dan ingin atau tertarik pada kemungkinankemungkinan untuk dapat dipraktekkan.
2. Initiative
entrepeneur. Ini adalah orang-orang yang siap untuk menggunakan inovasi-inovasi yang
berhasil yang ditemukan oleh innovating intrepeneur.
3. Fabian entrepeneur. Ini sifatnya penuh
hati-hati dan ragu-ragu yang nantinya akan meniru bila inovasi itu jelas
menunjukkan sesuatu yang menguntungkan.
4. Drone entrepeneur. Ini sifatnya
menolak untuk menggunakan kesempatan dalam mengubah produksi meskipun dengan
biaya-biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan produsen-produsen lainnya.
Ia tidak menjalankan fungsi wiraswasta tetapi bila ia dalam posisi untuk
mengadakan inovasi, ia mengemukakan suatu potensi dan mungkin merubahnya
menjadi salah satu type inovasi yang lain apabila ada dorongan yang efektif
yang dapat diketemukan.
Sudah tentu terdapat banyak wiraswasta yang
berbeda-beda dengan mereka yang tersebut di atas. Hal ini tergantung pada
keadaan negaranya masing-masing. Sekarang ini di mana perpindahan
inovasi-inovasi sudah lancar dan tak ada pembatasan maka kebanyakan dari
wiraswasta itu adalah immitative dan bukan innovating
entrepeneur.